Mimpi yang tak
sempurna
"Bantulah ibu dik!"
"Aku tidak bisa ka, maafkan aku."
"Kenapa?"
"Aku tidak bisa kak."
"Kamu rela melihat ibu setiap hari menangis. Ibu setiap
hari melamun. Coba lihat ibu. Dia sudah kehilangan separuh berat badannya. Separuh jiwanya tidak perlu ditanya lagi, pasti sudah hancur."
"aku juga sedih kak. Aku tidak ingin semua ini
terjadi."
"Kamu pikir kakak juga menginginkan semua ini
terjadi? Tidak dik, tidak."
"Kita harus bangaimana kak?"
"Ibu sedang butuh bantuan kita sekarang dik."
"Bantuan apa kak? Apakah aku harus membantu membakar
rumah ku sendiri?"
"Ini rumah ibu dik. Biarkan ibu yang membuat nyaman
rumahnya sendiri."
"Tidak kak, ini rumah kita. Ayah, ibu, Kakak, aku dan
dan adik-adik. Kita harus menjaganya."
"Kita tidak harus membakarnya dik. Kita hanya perlu
merapikannya."
"Tidak, aku tidak mau kak."
"Kita sudah terlanjur hancur. Sekalian saja kita
hancurkan kemudian kita bangun lagi. Atau kita perbaiki apa yang telah rusak
saat ini."
"Kita perbaiki saja kak."
"Baiklah, kita perbaiki dik."
"Caranya kak?"
"Kamu bantulah Ibu dik."
"Tidak kak, aku tidak mau. Itu tidak akan memperbaiki
semuanya. Itu malah akan menghancurkan semua kak."
"Bagaimana kita tahu dik, itu akan menghancurkan, kalau
kita tidak mencoba. Allah selalu punya cara unik membantu hamba-Nya."
"Hm."
"Kakak juga tidak ingin semua ini terjadi kembali. Kita
sudah mengalaminya sewaktu kita kecil. sewaktu kamu belum mengerti apapun.
Kakak menghadapinya sendirian. Meskipun Kakak hanya bisa menonton ayah dan ibu
membakar rumah kita. Membakar harapan keluarga kita untuk terus bersama. Tapi Allah selalu punya rencana
dibalik semua yang terjadi."
"Seharusnya kita bisa bersikap netral kak. Kita tidak tahu
siapa yang salah."
"Itulah dik. Kita tidak tahu ayah atau ibu yang bersalah.
Makanya kita serahkan semua ini ke pengadilan. Agar kita bisa tahu siapa yang bersalah.
Tujuan kita ke pengadilan adalah untuk mencari titik temu, bukan titik pisah."
"Hm."
"Bantulah ibu membuat berkas-berkas sidang perceraian
ini. Lebih cepat masuk persidangan, maka akan lebih cepat pula kita menemukan
jawaban. Siapa yang tidak menjalankan kewajibannya dan siapa yang tidak
menerima haknya. Saat seorang suami merasa sudah tidak bisa apa-apa lagi, dan sang istri merasa lebih hebat dari suami, maka saat itulah perpecahan tidak bisa terelakkan lagi. Ayah hanya mati-matian berfokus mempertahankan cinta ibu, tapi dia lupa berusaha keras memantaskan diri sebagai seorang suami. Jadikan ini pelajaran untuk kita dik. jadilah pria yang pantas untuk istri kita kelak."
"Tapi, aku sedih kak."
"Tidak perlu bersedih dik. Betapapun kita berusaha
keras mempertahankan, kalau bukan jodoh, kita bisa apa?"
-Al Muh-
Mimpi Yang Tak Sempurna
Reviewed by Al Muh
on
10.48.00
Rating:

Tidak ada komentar: