Nggak tahu kenapa tiba-tiba dia terdiam. Tapi masih berdiri,
cuma kepalanya saja menunduk ke bawah. Jemarinya mencengkram seperti harimau,
dan terdengar dari mulutnya suara geraman. Mungkin dia lagi becanda buat
nakut-nakutin, dia memang biasa seperti itu. Tapi beberapa saat kemudian aku
ngerasa memang ada yang nggak beres sama dia. Dia terus menggeram seperti
harimau.
Aku dan teman-teman yang lain mencoba menghampiri, tapi
beberapa langkah lagi sampai ke dia, dia mengangkat kepalanya dan menatap ke
arah ku. Aku terkejut saat melihat bola mata hitamnya berbalik ke atas. Setahu
ku manusia tidak bisa melakukan hal itu, menyembunyikan bola mata hitamnya ke
atas. Dan biasanya kalau dia cuma nakut-nakutin, dia cuma akan membalikkan
kelopak mata bagian atasnya. Jadi kelopaknya terlihat merah menyeramkan. Tapi
yang ini lain. Aku dan teman-teman menghentikan langkah, bahkan beberapa teman
melangkah mundur.
Malam ini adalah malam jum’at hampir tengah malam dan aku
bermain di tanah lapang. Kami memang biasa bermain saat selesai mengaji malam.
Tapi malam ini sepertinya mimpi buruk bagi kami.
Sebagian teman ku berlari mencari pertolongan. Aku dan
beberapa orang teman ku tetap berjaga dan memperhatikan dia. Masih penasaran
apa yang terjadi sama teman ku yang satu ini.
Suara geramannya semakin keras. Lalu dia bergerak. Seperti hendak
jongkok, atau, mungkin itu sebuah kuda-kuda, seperti akan melakukan skot jump. Aku
dan teman ku mundur beberapa langkah. Tapi juga bersiap menangkap dia,
kalau-kalau di lari untuk kabur. Ya, memang aku harus menangkapnya. Kalau nggak,
dia bisa hilang di bawa setan. Dulu, ayah ku bercerita bahwa pernah ada
temannya kerasukan setan, dia berlari ke hutan, dan nggak ketemu lagi. Katanya ditemukan
setelah beberapa hari. Dan temannya itu sudah membusuk di dasar jurang. Jangan sampai
teman ku berakhir seperti itu.
Aku memperhatikannya terus, tapi dia masih tetap berjongkok.
Aku nggak punya cukup nyali juga untuk menangkap dia sekarang, kecuali nanti
kalau dia sudah lari mau kabur, mau nggak mau aku harus menangkapnya. Untuk sekarang,
sebaiknya aku menunggu bala bantuan dari teman-temanku.
Lalu dia bergerak lagi, mengubah posisi jongkoknya menjadi
posisi seperti akan melakukan sprint. Kedua tangannya mengarah kebawah, dan
jari-jarinya menopang ke tanah. Ini gawat, kata ku dalam hati. Mungkin juga
kata hati teman-teman ku. Apa lagi dia ini, namanya Gugun, dia adalah pelari
tercepat diantara teman-temanku yang lain.
Tiba-tiba dia melompat. Seperti dalam film animasi Naruto. Dia
melompat begitu tinggi. Dalam kegelapan yang samar oleh cahaya bulan. Telihat
siluet lompatannya. Di sisi tidak jauh juga terlihat siluet saung petani yang
ada di tanah lapang itu karena memang itu adalah kebun petani yang belum
digarap. Dan kau tahu? Lompatan Gugun melebihi tinggi saung itu. Saung yang
tingginya mungkin lebih dari dua meter. Lalu gugun mendarat dan kembali pada
posisi jongkok sprintnya. Dia melompat kembali, kali ini lopatannya melengkung,
lebih rendah tapi jauh. Seperti lompatan katak atau mungkin seperti harimau
yang sedang berlari. Dia terus molompat dan kami hanya bisa mengikuti. Hingga akhirnya
dia mendarat di sebuah areal persawahan. Dia jatuh tersungkur ke dalam lumpur.
Lalu kami berlari menyusul teman kami yang sedang mencari bala bantuan tapi
nggak balik-balik.
Sampai di pesantren, teman-teman yang mencari bala bantuan itu baru saja mau menyusul kami ternyata. Bersama para senior di pesantren. Aku masih terengah-engah tapi tepaksa harus balik lagi ke tempat Gugun tadi di sawah. Baru saja akan berangkat terlihat sosok orang berjalan dari kegelapan. Tidak terlihat itu siapa, tapi itu membuat kami menghentikan langkah menuju tempat Gugun. Akhirnya cahaya bulan meneranginya dengan lebih jelas. Ternyata sosok di kegelapan itu adalah Gugun. Seluruh tubuhnya sudah berlumaran lumpur. Nggak ada yang tersisa kecuali matanya yang sekarang sudah kembali normal. Kami langsung menjemputnya dan memapahnya. Tapi saat kami tanya dia nggak jawab sepatah kata pun. Kayaknya dia masih kerasukan.
Sampai di pesantren, teman-teman yang mencari bala bantuan itu baru saja mau menyusul kami ternyata. Bersama para senior di pesantren. Aku masih terengah-engah tapi tepaksa harus balik lagi ke tempat Gugun tadi di sawah. Baru saja akan berangkat terlihat sosok orang berjalan dari kegelapan. Tidak terlihat itu siapa, tapi itu membuat kami menghentikan langkah menuju tempat Gugun. Akhirnya cahaya bulan meneranginya dengan lebih jelas. Ternyata sosok di kegelapan itu adalah Gugun. Seluruh tubuhnya sudah berlumaran lumpur. Nggak ada yang tersisa kecuali matanya yang sekarang sudah kembali normal. Kami langsung menjemputnya dan memapahnya. Tapi saat kami tanya dia nggak jawab sepatah kata pun. Kayaknya dia masih kerasukan.
Gugun
Reviewed by Al Muh
on
19.41.00
Rating:

Tidak ada komentar: