Sore hari menjelang magrib, saat itulah akan terlihat
keunikan masyarakat nelayan Mentawai. Jika di daerah lain biasanya hanya kaum
bapak yang melaut, di Mentawai kaum ibu juga meluat. Salah satunya di daerah
terpencil dusun Tubeket, Pulau Pagai Selatan – Kepulauan Mentawai.
Kaum ibu berdatangan ke dermaga kecil di tepi sungai,
membawa dayung dan pancingan. Sedikit bungkusan untuk bekal di laut semalaman. Setelah
berkumpul, mereka bersama-sama berangkat ke laut. Biasanya para janda yang
malaut, ungkap kepala dusun. Tapi ibu-ibu bersuami juga melaut kalau suaminya
sedang tidak melaut.
Mereka berangkat ke laut sore hari dan pulang pagi harinya.
Hanya bermodalkan sampan kecil dan alat pancingan tradisional.
Menarik lagi, di bagian belakang masing-masing sampan itu
ada perapian kecil, mengepulkan asap tipis membuntuti sampan. Berfungsi untuk
menghangatkan badan sekaligus pelindung dari serangga malam. Fungsi krusial
lainnya ternyata untuk membakar ikan hasil tangkapan. Para ibu biasanya membawa
bekal nasi atau sagu dari rumah. Lalu saat mereka lapar di tengah laut, mereka
akan membakar ikan on the spot di
sampan untuk lauknya.
Pemandangan pagi hari saat para ibu pulang melaut akan lebih
ramai. Anak-anak menyambut di dermaga, berjejer di tepian sungai. Para ibu akan
bersorak gembira sebagai tanda bahwa mereka sudah pulang dari laut. (Almuh) (Photo: Dimas)
Bulayan Mentawai (Surga di Seberang Samudera)
Reviewed by Al Muh
on
09.38.00
Rating:
Tidak ada komentar: